Menu

Mode Gelap
How To Handle Every Movie Challenge With Ease Using These Tips 20 Questions You Should Always Ask About Playstation Before Buying It The Most Influential People in the Green House Industry and Their Celebrity Dopplegangers Technology Awards: 6 Reasons Why They Don’t Work & What You Can Do About It

Kolom · 2 Nov 2022 15:39 WIB ·

Aku Tak Suka Membaca, Benarkah?


 Aku Tak Suka Membaca, Benarkah? Perbesar

Oleh : Wulandari H – Sakasurat

“Mandeh, kalau Lan baru mau mulai baca buku sekarang, udah terlambat, gak, Ndeh?”

Masih segar diingatanku, waktu itu kami sedang bersantai di ruang tengah rumah Mandeh. Aku bukanlah seseorang yang memiliki kebiasaan membaca buku sejak kecil. Meskipun begitu, sejak dulu aku sangat suka menganalisis apa pun yang ada di sekitarku. Hingga akhirnya aku dipertemukan dengan orang-orang yang pandai berbicara, kritis, dan sangat percaya diri. Aku takjub. Kenapa mereka bisa begitu? Setelah kuanalisis dan kutilik lagi, ternyata mereka memiliki hobi yang sama, yakni suka membaca buku. Sudah berapa banyak buku yang mereka lahap?

Kendati demikian, membentuk sebuah kebiasaan tentu saja tak mudah. Seperti kata James Clear dalam bukunya Atomic Habits, bahwa sebuah kebiasaan bersifat autopilot–melekat dengan kuat di dalam diri. Orang-orang yang punya kebiasaan buruk, atau kurang produktif, tanpa dia ingin berlaku demikian pun, ia akan terus menerus melakukan hal serupa. Maka beruntunglah orang-orang yang punya kebiasaan baik sedari kecil. Mereka melakukan hal-hal produktif, barangkali bisa dibilang tanpa usaha keras, karena hal produktif yang ia lakukan sudah otomatis diperintahkan oleh otak mereka.

Aku sempat merasa iri dengan orang-orang yang sudah menjadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan dari kecil. Selain terlihat mudah, membaca juga seperti sangat menyenangkan bagi mereka. Tapi, cerita jadi sangat berbeda bagi orang sepertiku–yang begitu kesulitan membangun kebiasaan membaca. Namun ternyata, meski sulit, kebiasaan sangat bisa diubah. Asalkan kita memiliki tekad yang bulat.

Berkali-kali aku mencoba membiasakan membaca, berkali-kali juga aku gagal. Akan tetapi, aku beruntung karena berada di sekeliling orang-orang yang suka membaca. Salah satunya Mandeh, dosenku semasa aku kuliah dulu. Aku sempat tinggal beberapa bulan dirumahnya.

Di rumah, Mandeh punya semacam perpustakaan mini. Hampir setiap hari aku seakan digoda dan dipanggil oleh buku-buku itu, belum lagi aku sering melihat pemandangan penghuni rumah Mandeh lainnya yang suka membaca. Bagaimana aku tak akan tergelitik? Hingga akhirnya, pertanyaanku di awal tadi terlontar begitu saja.

Dan kamu tahu, apa yang terjadi pada diriku saat ini? Barangkali kalau Mandeh melihat apa yang kulakukan sekarang, beliau akan menertawakanku. Aku yang dulu sama sekali tak suka membaca, sekarang malah menjadi orang yang ingin mengajak orang-orang di sekitarku juga merasakan apa yang kurasakan. Bahwa membaca buku, sangat menyenangkan. Ada kepuasan yang luar biasa muncul setiap aku selesai membaca buku. Barangkali, teman-teman yang saat ini belum suka membaca, bukan karena mereka benar-benar tak menyukainya. Hanya saja, mereka masih belum menemukan dan merasakan betapa menyenangkannya membaca buku.

Ceritaku tadi, ternyata juga relate dengan apa yang dibilang oleh James Clear. Bahwa untuk membangun sebuah kebiasaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah temukan pemicu yang akan membuat kita memulai kebiasaan itu. Beradalah di sekitar buku, para pembaca buku, lalu bukan tidak mungkin akan ada peluang bagi kita untuk tergelitik memulainya. Kemudian, jadikan kebiasaan itu sebagai identitas diri kita. Semakin kita jadikan ia identitas, semakin erat kita dengan kebiasaan itu. Seperti aku sekarang yang menjadikan ‘pembaca buku dan pegiat literasi’ sebagai salah satu identitasku.

Hal serupa, ternyata juga kutemukan di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Barat. Kurasa, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat begitu lihai melihat peluang dalam menciptakan kebiasaan membaca. Kenapa? Melalui kegiatan inklusi sosial, teman-temanku yang awalnya sama sekali tak suka membaca buku, serta tak pernah berniat untuk membaca pada awal pertemuan. Namun, begitu mereka sering ke perpustakaan dan selalu berhadapan dengan buku, serta berjumpa dengan teman-teman lain yang suka bercerita tentang buku yang mereka baca, sekarang teman-temanku pun mulai tertarik untuk membaca buku juga.

Berdasarkan ceritaku tadi, salah satu cara paling mudah dan ampuh yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan minat membaca orang-orang yang belum menjadikan membaca sebagai salah satu kebiasaan, yakni dengan mempertemukan mereka pada pemicu-pemicu yang sama.

Cara ini sangat sederhana, namun berdampak nyata. Salah satu pemicu yang sedang kuupayakan saat ini adalah dengan membagikan review buku yang kubaca melalui media sosial pribadiku. Satu kali dua kali membaca reviewku yang tak sengaja lewat di timeline instagram mereka, mungkin masih belum mempengaruhi, tapi begitu mereka sering berjumpa dengan postinganku tentang buku, satu persatu dari mereka ada yang mulai tergelitik dan merespons, “Ih, Lan, kayaknya menarik. Aku jadi ingin membacanya.”

Kawan, aku mengerti apa yang kamu rasakan, kita sama. Sama-sama tak terbiasa membaca dari kecil. Aku tahu, kamu pernah mendambakan dan berkeinginan untuk suka membaca juga kan? Setidaknya sempat terbesit di hati kecilmu, dan aku juga paham dengan kesulitanmu membangun kebiasaan itu. Mereka yang sudah terbiasa dari kecil memang beruntung, tapi kita hebat, perjuangan kita jauh lebih berat.

Manusia-manusia yang membaca bukanlah selalu ditempeli label kutu buku, kecoak buku, marmut buku, atau perpustakaan keliling. Bukankah mereka adalah produk dari bacaannya itu?

Manusia mengisi tangki ilmunya dari membaca, apa jadinya kita bila membaca saja tak pernah lalu berkoar-koar di mimbar dan kedai kalau bumi itu bulat? Dengan tangkas manusia lain memberi julukan sebagai manusia yang tampak kebodohannya setelah ia bicara.

Buat kamu yang saat ini sudah suka membaca, bagus. Untuk kamu yang mulai sering ke toko buku dan perpustakaan walau hanya sekadar melihat-lihat, tak apa, tetaplah lakukan itu. Buat kalian yang sudah komitmen membaca dan ingin lebih bermanfaat lagi, setidaknya ajak satu atau dua orang untuk berdiskusi tentang buku yang sedang trend, bagikan review buku yang kamu baca di media sosialmu. Belikan hadiah buku untuk sahabat, pasangan, dan orang-orang tersayangmu lalu biarkan mereka menyimpannya, pada suatu waktu mereka pasti akan tergelitik untuk membalik halaman demi halaman kertas harum itu.

Kepada para orang tua dan calon orang tua, kamu ingin anakmu kelak merasa beruntung kan? Oleh sebab itu, bantu ia terbiasa membaca sejak dini. Intinya, mari kita sebarkan pemicu-pemicu, agar kita semua mudah menemukan ‘cue’ atau petunjuk yang akan mengantarkan kita untuk mulai dan terbiasa membaca.

Teruntuk Mandeh, kini pertanyaanku waktu itu sudah terjawab, Ndeh. Bahwa ternyata ini bukan soal terlambat, melainkan tentang mau memulai atau tidak.

(*)

Hits: 4

Artikel ini telah dibaca 45 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Rayakan 1 Dekade DDVolunteer, Dompet Dhuafa Singgalang dan Dompet Dhuafa Volunteer Adakan Buka Bersama

27 Maret 2023 - 13:17 WIB

Pelantikan dan Rapat Kerja Pengurus DDV Sumbar 2023

14 Maret 2023 - 04:27 WIB

Eksistensi Pengobatan Tradisional Tataguan pada Masyarakat Tandikek

9 Maret 2023 - 14:36 WIB

Eksplorasi Nagari Sebagai Implementasi Tridharma Perguruan Tinggi

25 Februari 2023 - 16:44 WIB

BEM KM Politeknik Negeri Padang Adakan Kegiatan Nobar Sahabat Rasulullah SAW

2 Desember 2022 - 06:43 WIB

Batu Kumondu, Saksi Bisu Batang Kuantan Nan Terlupakan

28 November 2022 - 19:16 WIB

Trending di Kolom