Menu

Mode Gelap
How To Handle Every Movie Challenge With Ease Using These Tips 20 Questions You Should Always Ask About Playstation Before Buying It The Most Influential People in the Green House Industry and Their Celebrity Dopplegangers Technology Awards: 6 Reasons Why They Don’t Work & What You Can Do About It

Kolom · 9 Mar 2023 14:36 WIB ·

Eksistensi Pengobatan Tradisional Tataguan pada Masyarakat Tandikek


 Eksistensi Pengobatan Tradisional Tataguan pada Masyarakat Tandikek Perbesar

Oleh : Fajri Frayoga (Mahasiswa Sastra Minangkabau Universitas Andalas)

Minangkabau terkenal dengan suku bangsa yang adat dan budaya masih terbilang pekat terutama didaerah perdesaan. Tetapi yang dibahas didalam artikel ini bukanlah adatnya melainkan pengobatan tradisional yang masih bertahan sampai sekarang ini. Salah satunya didaerah kabupaten Padang Pariaman tepatnya di Nagari Tandikek.

Nagari Tandikek terletak dikecamatan Patamuan dan disini masih banyak pengobatan tradisional yang masih eksis dikalangan masyarakat. Kekurangan klinik pengobatan mungkin bisa menjadi salah satu faktor masyarakat daerah ini masih mempercayai pengobatan tradisional yang sudah ada sejak dahulu. Nama pengobatan tradisional yang akan dibahas adalah tataguan.

Tataguan adalah pengobatan tradional yang menggunakan kunyit atau bawang merah tunggal (tidak beranak) untuk mengobati penyakit ringan seperti demam dan panas tinggi yang dinamakan sakik tasapo. Dipercayai penyakit ini disebabkan oleh gangguan makhluk tak kasat mata dikarenakan telah mengganggunya. Tidak semua orang bisa melakukan pengobatan tataguan ini. Tataguan ini hanya bisa dilakukan beberapa orang disetiap kampung karena dalam managuan seseorang harus dibacakan mantra kepada kunyit atau bawang merah tersebut.

Tata cara dalam tataguan ini ada 5 tahap. Yang pertama adalah membelah kunyit menjadi 6 bagian atau 3 buah bawang merah tunggal (tidak beranak) dibelah dua sehingga menjadi 6 potong. Bawang merah digunakan sebagai pengganti jika memang benar-benar tidak ada kunyit.

Tahapan kedua adalah mengambil dua potong kunyit atau bawang dan menyatukannya lalu mendekatkannya kemulut sambil membaca mantra yang dibaca pelan.

Tahapan ketiga setelah membacakan mantra pada kunyit atau bawang tersebut adalah manyambue atau seperti menyemburkan ludah kapada kunyit atau bawang tersebut sebanyak 3 kali semburan.

Tahapan keempat adalah memutarkan kunyit atau bawang tersebut kearah depan lalu melambungkannya keatas. Hanya kunyit atau bawang yang terlentang diambil sedangkan kunyit atau bawang yang telungkup dibuang.

Keempat tahapan ini diulangi sebanyak 3 kali karena sesuai jumlah kunyit yang dipotong tadi. Langkah terakhir adalah mengambil semua kunyit yang terlentang dan membacakan mantra selanjutnya kepada kunyit atau bawang tersebut kemudian baru diberikan kepada orang meminta tataguan.

Cara memakai tataguan juga tidak sembarangan tetapi juga harus sesuai aturannya. Berikut cara menggunakan tataguan :

1. Diawali dengan mengusapkan kunyit atau bawang kekening.
2. Pada telinga sebelah kanan lanjut ketelinga sebelah kiri.
3. Pada pundak sebelah kanan lanjut kepundak sebelah kiri.
4. Pada siku sebelah kanan dan lanjut punggung tangan sebelah kanan.
5. Pada siku sebelah kiri dan lanjut punggung tangan sebelah kiri.
6. Pada lutut sebelah kanan lanjut punggung kaki sebelah kanan.
Pada lutut sebelah kiri lanjut punggung kaki sebelah kiri.

Yang perlu diingat saat memakai tataguan ini mengusapkan kunyit atau bawang harus kebawah karena katanya kalau mengusapkan keatas maka penyakitnya tidak akan sembuh bahkan kalau sembuh nanti penyakitnya akan balik lagi. Saat memakai tataguan ini kalau kunyit atau bawangnya terlepas dari tangan kita dan jatuh maka tidak boleh dilanjutkan memakainya.

Meskipun kunyit atau bawangnya tersebut jatuh keatas baju atau kain dan tidak menyentuh lantai maka tetap tidak diperbolehkan melanjutkan memakai tataguan itu dan dianjurkan untuk membuangnya. Saat membuang tataguan ini perlu juga diucapkan kalimat “campakan pinyakik (nama orang yang sakit) jauah – jauah (buang penyakit (..) jauh – jauh) dan kunyit atau bawang dibuang keluar dari pintu rumah.

Biasanya tataguan ini akan mulai terasa efeknya setelah beberapa jam pemakaian jika penyakitnya demam ringan. Tetapi kalau demamnya terlalu tinggi maka akan ditambah dengan obat lain seperti air kelapa tua yang sudah tumbuh dan kemudian dicampur dengan kuning telur ayam kampung lalu dikocok seperti cara pembuatan teh talue (teh telur). Obat yang satu ini juga terkenal ampuh untuk mengatasi demam tinggi. Tataguan ini tidak ada bedanya anatara anak – anak dan orang dewasa. Jumlah kunyit atau bawang yang digunakan tetap sama dan cara pemakaiannya juga tetap sama.

Masyarakat Tandikek lebih memilih pengobatan tradional ini daripada obat dokter dikarenakan tataguan ini tidak memakan banyak biaya. Orang yang managuan tidak mematokkan harga untuk managuan orang. Ia menerima berapapun yang dikasih karena kepercayaannya memang tidak boleh dipatokan. Bahkan ia akan memberikannya secara gratis kepada orang yang ia segani atau yang akrab dengannya. Pada pemakaian tataguan ini juga lebih efektif dibandingkan obat dokter atau bidan. Karena tataguan hanya perlu diusapkan pada anggota tubuh dan tidak perlu diminum.

Tataguan ini juga bisa diwakilkan pemakaiannya. Jika yang sakit jauh dari rumah sehingga tidak bisa pulang maka boleh tataguan ini dipakai oleh orang tua atau saudara dari orang yang sakit. Tetapi saat pemakaian tataguan harus diniatkan kepada orang yang sakit agar mendapat kesembuhan. Saudara kandung penulis yang merantau di Medan pernah demam tinggi dan minta tataguan ke kampung melalui telepon. Tataguannya itu dipakai oleh ibu penulis dan beberapa hari setelah itu saudara penulis sembuh.

Alasan penulis sendiri menulis artikel ini dan memaparkan opini diatas karena ibu penulis sendiri adalah orang yang bisa melakukan tataguan ini dan sejak penulis kecil jika demam jarang dibawa kebidan dan selalu diobati dengan tataguan ini. Bukan karena beliau tidak mau membawa kebidan melainkan penulis sendiri takut meminum obat dokter karena rasanya yang pahit.

Penulis tidak sepenuhnya percaya dengan tataguan ini. Karena kita harus tetap yakin bahwa penyakit itu datangnya dari Allah dan disembuhkan juga oleh Allah. Tetapi kita juga tidak boleh men cap bahwa tataguan ini adalah suatu perbuatan yang menduakan Allah tetapi anggaplah pengobatan tradisional ini sebagai warisan budaya kita yang perlu dilindungi.

(*)

Hits: 50

Artikel ini telah dibaca 37 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Rayakan 1 Dekade DDVolunteer, Dompet Dhuafa Singgalang dan Dompet Dhuafa Volunteer Adakan Buka Bersama

27 Maret 2023 - 13:17 WIB

Pelantikan dan Rapat Kerja Pengurus DDV Sumbar 2023

14 Maret 2023 - 04:27 WIB

Eksplorasi Nagari Sebagai Implementasi Tridharma Perguruan Tinggi

25 Februari 2023 - 16:44 WIB

BEM KM Politeknik Negeri Padang Adakan Kegiatan Nobar Sahabat Rasulullah SAW

2 Desember 2022 - 06:43 WIB

Batu Kumondu, Saksi Bisu Batang Kuantan Nan Terlupakan

28 November 2022 - 19:16 WIB

Aku Tak Suka Membaca, Benarkah?

2 November 2022 - 15:39 WIB

Trending di Kolom