Ranah | Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang menggelar acara seminar budaya dengan tema Budaya Minangkabau Dalam Perspektif Millenial. Hal tersebut dilatarbelakangi karena mulai tergerusnya kepedulian millenial terhadap budaya, sejarah dan kebudayaan yang ada di Minangkabau.
Acara yang dilaksanakan di gedung Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat tersebut dibuka langsung oleh sekretaris dinas (sekdis) Yayat Wahyudi, sekaligus menyampaikan bahwa acara yang digagas oleh mahasiswa Fakultas Adab merupakan sebuah ide cemerlang terkait keresahan yang ada saat ini.
“Ini sebenarnya kerja kami di Dinas Kebudayaan, namun ada adik-adik mahasiswa yang bergerak. Ini merupakan sebuah gebrakan yang sangat bagus sekali,” ujar Yayat saat memberikan sambutan. Kamis, (17/11/2022)
Yayat juga menyampaikan, bahwa acara ini harus terus berlanjut. Dinas Kebudayaan akan terus mendukung penuh acara yang berkaitan, apakah dalam bentuk pergelaran, festival, seminar, bahkan panggung sastra sekalipun.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan materi terkait peran pemuda dalam kebudayaan yang disampaikan oleh penggiat kebudayaan, Asro Suardi Sikumbang.
“Kebudayaan itu ada banyak, tidak hanya tari dan rabab. Dalam undang-undang no 5 tahun 2017 ada sepuluh aspek pemajuan kebudayaan, yaitu bahasa, adat-istiadat, ritus, tradisi lisan, manuskrip, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, olahraga tradisional dan permainan tradisional,” ujarnya menjelaskan.
Sementara Alfa Noranda, S.S., M.A, selaku pemateri kedua, menjelaskan tentang komplitnya budaya Minangkabau sejak dulunya. Laki-laki kelahiran Padang tersebut merupakan arkeolog sekaligus dosen luar biasa di beberapa Universitas terkemuka di Sumatera Barat.
“Kita tahu tidak kalau di Minang itu ada namanya Kitab Undang-Undang Minangkabau? Ini adalah PR bagi kita bersama, sebab sumber-sumber yang mahal itu hanya ada di dalam manuskrip, dan kita sangat minim sekali dengan itu. Mungkin dari seratus orang hanya sepuluh orang saja yang mengerti dan bisa membaca aksara Arab-Melayu.”
Lebih lanjut, Alfa menjelaskan bahwa diskusi ini harus berlanjut, sebab mengkaji sejarah tak bisa hanya dengan sekali duduk saja, harus ada diskusi-diskusi selanjutnya mengenai hal itu.
Acara tersebut ditutup dengan foto bersama pemateri, juga dihadiri oleh sekretaris dinas, ketua umum DEMA Fakultas Adab dan Humaniora, Wahyu Annisa Fitri, perwakilan dari Komunitas Minang Maimbau, Satu Pena Sumbar, Unit Kesenian UNP, DKTV UIN Imam Bonjol, sejarawan, budayawan dan tamu undangan dari selingkup ormawa dan peserta lainnya.
(Haris)
Hits: 8